Minggu, 18 Oktober 2020

MENGELOLA INFORMASI DALAM CERAMAH

 

MENGELOLA INFORMASI DALAM CERAMAH

 

Download Materi disini 

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.     memahami informasi dan permasalahan yang didengar atau yang dibaca;

2.     menemukan informasi dan permasalahan aktual dalam teks ceramah.

 

Ceramah apa saja yang telah kamu dengarkan pada hari ini? Memang kehidupan kita tidak bisa lepas dari mendengarkan atau “tiada hari tanpa menyimak”. Tidak salah juga apabila setiap hari kita banyak menyimak ceramah. Dari situlah kita memperoleh banyak pengetahuan dan wawasan. Di sekolah dan di lingkungan masyarakat, perbanyaklah menyimak ceramah karena bermanfaat dan sangat sayang jika dilewatkan!

Teruslah menyimak ceramah walaupun banyak godaan dalam suasana menyimak ceramah tersebut. Sesekali, kamu pun dapat bergiliran menjadi penceramah.

Untuk membekali kemampuanmu, pada bahasan ini kamu akan belajar:

1.     mengidentifikasi informasi berupa permasalahan aktual dalam ceramah;

2.     menyusun bagian-bagian penting dari permasalahan aktual;

3.     menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan dalam ceramah; dan

4.     mengonstruksi ceramah tentang permasalahan aktual dengan memperhatikan unsur kebahasaan dan struktur yang tepat.

Untuk membantu kamu dalam mempelajari dan mengembangkan kompetensi dalam berbahasa, pelajari peta konsep di bawah ini dengan saksama!

 

 

 

Mengidentifikasi

informasi berupa

permasalahan aktual

yang disajikan

dalam ceramah.

Memahami informasi

dan permasalahan yang

didengar atau yang dibaca.

 

 

 

 

 

Menemukan informasi

dan permasalahan aktual

dalam teks ceramah.

 

 

 

 

 

 

 

Menyusun bagian

bagian

penting

dari permasalahan

aktual.

Menelaah bagian-bagian

penting dalam teks

ceramah.

 

 

 

 

Menemukan kalimat

majemuk bertingkat

dalam teks ceramah.

Mahir

Berceramah

 

 

 

 

 

 

Menganalisis isi,

struktur, dan

kebahasaan dalam

ceramah.

Mengidentifikasi struktur

teks dalam ceramah.

 

 

 

 

Mengidentifikasi kaidah

kebahasaan dalam teks

ceramah.

 

 

 

 

 

 

 

Mengonstruksi

ceramah tentang

permasalahan

aktual dengan

memperhatikan

kebahasaan dan

struktur yang tepat.

Menentukan aspek-aspek

yang disunting dalam teks

ceramah.

 

 

 

 

 

Menyampaikan hasil

suntingan teks ceramah

dengan memperhatikan

penguasaan materi, vokal,

gestur, ekspresi, dan

intonasi.

A.    MENGIDENTIFIKASI INFORMASI BERUPA PERMASALAHAN AKTUAL YANG DISAJIKAN DALAM CERAMAH

 

Kegiatan 1

Memahami Informasi dan Permasalahan yang Didengar atau yang Dibaca

 

Perhatikan teks di bawah ini.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang berbahagia,

Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapan-ungkapan pada banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapat-rapat umum. Kata-kata mereka kasar atau bertendensi menyerang. Tentu saja, hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.

Gejala yang sama terlihat pula pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan-tanggapan mereka terdengar pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif. Padahal sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru, pemakaian bahasa dibingkai secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya (epimistis).

Kita pun tentu gelisah sebagai orang tua. Kita sering menyaksikan kebiasaan berbahasa anak-anak dan para remaja yang kasar dengan dibumbui sebutan-sebutan antarsesama yang sangat miris untuk didengar.

Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu.

Penyebab utamanya adalah perkembangan masyarakat yang sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai kesantunan dan tata krama dalam suatu masyarakat. Misalnya, kesantunan (tata krama) yang berlaku pada zaman kerajaan yang berbeda dengan yang berlangsung pada masa kemerdekaan dan pada masa kini. Kesantunan juga berkaitan dengan tempat: nilai-nilai kesantunan di kantor berbeda dengan di pasar, di terminal, dan di rumah.

Pergaulan global dan pertukaran informasi juga membawa pengaruh pada pergeseran budaya, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai kesantunan itu. Fenomena demikian menyebabkan para remaja dan anggota masyarakat lainnya gamang dalam berbahasa. Pada akhirnya mereka memiliki kaidah berbahasa yang mereka anggap bergengsi, tanpa mengindahkan kaidah bahasa yang sesungguhnya.

Sejalan dengan perubahan waktu dan tantangan global, banyak hambatan dalam upaya pembelajaran tata krama berbahasa. Misalnya, tayangan televisi yang bertolak belakang dengan prinsip tata kehidupan dan tata krama orang Timur.

Sementara itu, sekolah juga kurang memperhatikan kesantunan berbahasa dan lebih mengutamakan kualitas otak siswa dalam penguasaan iptek.

Selain itu, kesantunan berbahasa sering pula diabaikan dalam lingkungan keluarga. Padahal, belajar bahasa sebaiknya dilaksanakan setiap hari agar anak dapat menghayati betul bahasa yang digunakannya. Anak belajar tata santun berbahasa mulai di lingkungan keluarga.

Nilai-nilai kesantunan berbahasa dalam beragama juga merupakan salah satu kewajiban manusia yang bentuknya berupa perkataan yang lembut dan tidak menyakiti orang lain. Kesantunan dipadankan dengan konsep qaulan karima yang berarti ucapan yang lemah lembut, penuh dengan pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan penghormatan kepada orang lain. Berbahasa santun juga sama maknanya dengan qaulan ma’rufa yang berarti berkata-kata yang sesuai dengan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat penutur.

Oleh karena itu, pendidikan etika berbahasa memiliki peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syariat dalam beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan lingkungan sekitar. Penanaman kesantunan berbahasa juga sangat berpengaruh positif terhadap kematangan emosi seseorang. Semakin intens kesantunan berbahasa itu dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan semakin

baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan, kesenangan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan ketidaksantunan itu.

Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat manapun.

 

(Sumber: Kosasih, 2010)

 

Teks seperti itulah yang sering kali disebut sebagai ceramah. Mungkin ada pula yang mengatakannya sebagai teks pidato. Teks seperti itu dapat kita peroleh dalam berbagai kesempatan. Di sekolah mungkin saja hampir setiap hari kita mendapatkannya, baik dari guru, kepala sekolah, pembina OSIS, dan pihak-pihak lainnya. Di lingkungan masyarakat pun sering kali kita mendapatkan ceramah. Dari teks semacam itu, kita dapat memperoleh tambahan pengetahuan, informasi, dan wawasan.

Dengan memperhatikan contoh tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Yang menyampaikan adalah orang-orang yang menguasai di bidangnya dan yang mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang. Medianya bisa langsung ataupun melalui sarana komunikasi, seperti televisi, radio, dan media lainnya.

Download Materi disini 

Selain itu, ada pula yang disebut dengan pidato dan khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di antara keduanya.

1.     Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada khalayak untuk berbuat sesuatu.

2.     Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan.

 

 

Tugas

1.     Jawablah dengan benar dan jelas!

a.   Apa manfaat jika kamu mendengarkan ceramah?

b.   Apa manfaat jika kamu menyajikan ceramah?

c.   Kapan dan di mana saja kesempatan mendengarkan ceramah itu dapat kita ikuti?

d.   Bagaimana persamaan dan perbedaan antara ceramah dengan pidato serta khotbah?

e.   Informasi/pengetahuan apa saja yang dapat kamu peroleh dari teks ceramah di atas? Jelaskan!

2.     Kerjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

a.   Bacalah teks di bawah ini.

b.   Identifikasikan, apakah termasuk ke dalam jenis ceramah, pidato, atau khotbah? Jelaskanlah alasan-alasannya!

c.   Catatlah hal-hal yang kamu anggap penting/bermanfaat dari isi teks tersebut!

3.     Catat hasil identifikasimu itu dalam format seperti berikut.

 

 

Topik : ....

Jenis Teks

Alasan

Informasi-Informasi Penting

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhatikan teks di bawah ini.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati,

 

Sebentar lagi kita akan sampai pada hari yang sangat bersejarah, yaitu tanggal 10 November atau yang disebut dengan Hari Pahlawan. Pada hari itu kita seluruh bangsa Indonesia akan mengenang kembali peristiwa besar sebagai momentum sejarah yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945.

Pertempuran hebat telah terjadi pada saat itu antara para patriot bangsa yang gagah berani melawan tentara Sekutu. Betapapun lengkap senjata tentara Sekutu, tetapi tidak sedikitpun bangsa Indonesia merasa takut dan kecil hati. Padahal pada waktu itu senjata yang kita miliki sebagian besar hanyalah bambu runcing. Sementara itu, pihak musuh telah menggunakan senjata-senjata berat dan modern. Akan tetapi, dengan bekal semangat yang menggelora serta keyakinan yang kuat, tak setapakpun mereka mundur bahkan terus maju menantang maut.

Hadirin yang berbahagia,

Kita yakin bahwa para pejuang yang gugur di medan pertempuran di

Surabaya tanggal 10 November 1945 melawan tentara sekutu yang angkuh

dan angkara murka itu mati syahid. Oleh sebab itu, sudah sewajarnyalah

jika kita bangsa Indonesia menghormati jasa mereka dengan memanjatkan

doa kepada Allah agar arwah mereka diterima-Nya dengan kemuliaan

yang setinggi-tingginya. Semoga mereka diampuni segala dosanya dan

dilimpahi rahmat yang sebanyak-banyaknya.

Di samping itu perlu kita ketahui bahwa menghormati jasa para pahlawan bukan saja kita harus mendoakan mereka, tetapi yang lebih penting lagi ialah meneladani mereka dengan penuh semangat serta meneruskan perjuangan mereka dengan tekad yang bulat. Barangkali akan menyesallah mereka jika para generasi muda tidak berani menegakkan kebenaran dan keadilan serta tidak berani menyirnakan kemungkaran.

Saudara-saudaraku yang berbahagia,

Bukanlah bangsa yang besar, jika kita tidak bisa menghormati para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Keberanian dan tekad mereka, kita jadikan cermin pemandu yang dapat membimbing kita menuju kepada keutamaan amal dan menyemangati kita untuk berjuang dalam usaha membangun negara dan bangsa yang aman, tenteram, dan sentosa.

Akhirnya, marilah kita panjatkan doa semoga arwah para pahlawan kita diterima di sisi Allah dengan kemuliaan yang setinggi-tingginya. Kemudian, semoga kita dan anak cucu kita bisa mengambil suri teladan untuk diamalkan dalam membangun negara yang aman, sentosa, adil, dan makmur.

 

(Sumber: Ahmad Sunarto, dengan beberapa penyesuaian)

 

Topik : ....

Jenis Teks

Alasan

Informasi-Informasi Penting

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan 2

Menemukan Informasi dan Permasalahan Aktual dalam Teks Ceramah

 

Dalam pembelajaran sebelumnya, kamu sudah mengenal jenis pembicaraan yang disebut dengan ceramah. Sekarang, kita akan mengenali jenis informasi ataupun pemasalahan yang mungkin kita dapatkan dari suatu ceramah.

Informasi disebut pula penerangan informasi bersifat publisitas; ditujukan untuk umum (publik). Informasi dalam media massa umumnya bersifat aktual. Demikian pula yang disampaikan melalui ceramah ceramah yang biasanya berkaitan dengan isu-isu terhangat.

Download Materi disini 

Jenis-jenis informasi dapat dikategorikan sebagai berikut.

1.     Informasi berdasarkan fungsi yaitu informasi yang bergantung pada materi dan juga kegunaan informasi. Yang termasuk informasi jenis ini adalah informasi yang menambah pengetahuan, informasi yang mengajari pembaca (informasi edukatif), dan informasi yang hanya menyenangkan pembaca yang bersifat fiksional (khayalan). Informasi yang menambah pengetahuan, misalnya, tulisan tentang pergantian kurikulum. Informasi edukatif, misalnya, tulisan tentang teknik belajar yang jitu. Selanjutnya, informasi yang menyenangkan, misalnya, cerita pendek, karikatur, dan komik.

2.     Informasi berdasarkan format penyajian yaitu informasi berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Di media massa dikenal berbagai bentuk penyajian yaitu dalam bentuk tulisan, foto, kartun, ataupun karikatur. Dalam bentuk tulisan dikenal bentuk berita, artikel, karangan khas (feature), resensi, kolom, dan karya fiksi.

3.     Informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung. Dengan demikian, informasi dibagi menjadi informasi daerah, nasional, dan mancanegara.

4.     Informasi berdasarkan bidang kehidupan yaitu informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada. Bidang-bidang yang biasanya dibedakan itu, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan iptek.

5.     Informasi berdasarkan bidang kepentingan yaitu dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut.

a.   Informasi yang menyangkut keselamatan atau kelangsungan hidup pembaca.

b.   Informasi yang menyangkut perubahan dan berpengaruh pada kehidupan pembaca.

c.   Informasi tentang cara atau kiat baru dan praktis bagi pembaca untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

d.   Informasi tentang peluang bagi pembaca untuk memperoleh sesuatu.

 

 

Tugas

1.     Manakah informasi yang berkaitan dengan masalah bahasa?

Kembangkanlah jawabanmu pada buku kerjamu!

 

No

Contoh Informasi

Ya

Bukan

Alasan

a.

Kesantunan itu penting untuk

diperhatikan dalam berbagai

kesempatan.

 

 

 

b.

Setiap budaya memiliki pola

berinteraksi yang cenderung

berbeda-beda.

 

 

 

c.

Dalam ekspresi seseorang itu

terdapat banyak pesan yang

harus kita perhatikan.

 

 

 

d.

Terjadi salah pengertian antara mereka sehingga sering terjadi pertengkaran.

 

 

 

e.

Seminar itu akan dipublikasikan hasilnya di media massa nasional.

 

 

 

 

2.        Berdasarkan fungsinya, termasuk jenis manakah informasi di bawah ini: edukatif (E), persuatif (P), atau rekreatif (R).

 

No

Contoh Informasi

Jenis

E

P

R

a.

Banyak cara yang dapat kita lakukan di

dalam rangka meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

 

 

 

b.

Kebahagiaan itu datangnya bukan dari

orang lain, tetapi dari diri sendiri.

 

 

 

c.

Perjalanan ke kota itu sungguh

mengesankan manakala diiringi rintik

rintik

hujan yang menggoda.

 

 

 

d.

Sudah hampir sepuluh tahun peristiwa

itu berlalu, tetapi pesan-pesannya tetap

teringat sampai sekarang.

 

 

 

e.

Hendaknya kita tidak melupakan

kebaikan-kebaikannya meskipun sesekali

ia pernah mengecewakan kita; itu

memang sudah biasa dan wajar.

 

 

 

 

 

 

B.    MENYUSUN BAGIAN-BAGIAN PENTING DARI PERMASALAHAN AKTUAL

 

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.     menelaah bagian-bagian penting dalam teks ceramah;

2.     menemukan kalimat majemuk bertingkat dalam teks ceramah.

 

Kegiatan 1

Menelaah Bagian-Bagian Penting dalam Teks Ceramah

 

Perhatikan cuplikan bacaan berikut.

Tentang Jepang

 

Pernahkah kamu pergi ke Jepang? Jepang termasuk negara kecil di Asia yang sudah maju. Banyak hal yang perlu diketahui tentang Jepang. Masyarakat negara ini mampu mempertahankan tradisi yang berkembang di masyarakatnya.

Anak-anak Jepang membersihkan sekolah mereka setiap hari, selama seperempat jam dengan para guru. Itulah yang menyebabkan munculnya generasi Jepang yang sederhana dan suka pada kebersihan. Para siswa belajar menjaga kebersihan karena dalam mengatasi kebersihan merupakan bagian dari etika Jepang. Siswa Jepang, dari tahun pertama hingga tahun keenam sekolah dasar harus belajar etika dalam berurusan dengan orang orang.

Pekerja kebersihan di Jepang dimaksudkan untuk menciptakan kesehatan. Oleh karena itu, mereka sering disebut “insinyur kesehatan” dan mendapatkan gaji setara dengan Rp50 Juta per bulan. Untuk merekrut mereka dilakukan melalui tes tertulis dan wawancara. Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti Indonesia. Mereka sering terkena gempa bumi, tetapi itu tidak mencegah Jepang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Rakyat Jepang mengatasi kekurangan sumber daya alam dengan mengoptimalkan sumber daya lainnya.

Jika kamu pergi ke sebuah restoran prasmanan di Jepang maka kamu akan melihat orang-orang yang hanya makan sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan begitu, tidak ada sisa-sisa makanan. Selain itu, dari restoran tidak ada limbah apa pun.

Masyarakat Jepang sangat menghargai waktu. Mereka selalu menepati waktu. Bahkan, tingkat keterlambatan kereta di Jepang hanya sekitar 7 detik per tahun. Budaya mereka dalam menghargai nilai waktu sangat dijaga sehingga mereka sangat tepat waktu, dengan perhitungan menit dan detik.

Jepang sangat menghargai pendidikan. Masyarakatnya mendukung visi pendidikan di Jepang. Jika kamu bertanya kepada mereka, “Apakah arti pelajar itu?” Maka mereka akan menjawab bahwa, “Pelajar adalah masa depan Jepang”.

 

(Sumber: http://www.harianpost.net dengan pengubahan)

 

Bagian-bagian yang bercetak tebal merupakan hal penting dalam seluruh rangkaian cuplikan ceramah tersebut. Bagian-bagian tersebut merupakan bagian pokok atau dasar dari suatu ceramah. Adapun bagian-bagian berperan sebagai penjelas saja.

 

Paragraf

Bagian Penting

1

Jepang termasuk negara kecil di Asia yang sudah maju.

2

Anak-anak Jepang membersihkan sekolah mereka setiap hari.

3

...........................................................................................................

4

...........................................................................................................

(Kamu dapat menggunakan buku kerja untuk menyelesaikan analisis teks

di atas.)

 

Penting atau tidaknya suatu uraian dapat pula berdasarkan kebermanfaatannya. Apabila bagian itu dianggap bermanfaat atau sangat perlu diketahui, maka bagian itulah yang penting. Sementara itu, pernyataan lain yang kurang bermanfaat atau sudah diketahui maksudnya, maka bagian itu bukanlah hal penting. Dengan demikian, penting tidaknya suatu uraian bisa berbeda antara pendengar yang satu dengan pendengar yang lainnya. Meskipun demikian, berdasarkan paparan yang tersaji dalam teks ceramah itu, suatu informasi dianggap penting apabila informasi itu bersifat umum yang merangkum atau menjadi dasar uraian-uraian lainnya.

 

 

Tugas

1.     Kerjakanlah latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

a.   Bacalah teks di bawah ini dengan baik.

b.   Tandailah bagian-bagian penting dari teks tersebut.

c.   Buatlah simpulan tentang isi teks itu secara keseluruhan!

 

No.

Bagian-Bagian Penting

...

....

 

 

 

 

Simpulan

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

 

Saudara-saudara yang baik hati, suatu ketika saya melihat beberapa orang siswa asyik berjalan di depan sebuah kelas dengan langkahnya yang cukup membuat orang di sekitarnya merasa bising. Terdengar percakapan di antara mereka yang kira-kira begini, “Punya gua kemarin hilang.” Terdengar pula sahutan salah seorang mereka, “Lho, kalau punya gua, sama elu kemanain?”

Tak menyangka, salah seorang siswa di samping saya juga memperhatikan percakapan mereka. Ia kemudian nyeletuk, “Gua apa: Gua Selarong atau Gua Jepang?”

Beberapa siswa yang mendengarnya tertawa kecil. Di antara mereka ada yang berbisik, “Serasa di Terminal Kampung Rambutan, ye…?”

Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini tampak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung Rambutan. Bahasanya orang-orang Betawi.

Dari komentar-komentarnya, kelompok siswa kedua memiliki sikap kritis terhadap kaidah penggunaan bahasa temannya. Mereka mengetahui makna gua yang benar dalam bahasa Indonesia adalah ‘lubang besar pada kaki gunung’. Dengan makna tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk penyebutan nama tempat, seperti Gua Selarong, Gua Jepang, Gua Pamijahan, dan seterusnya; dan bukannya pengganti orang (persona).

Sangat beruntung, sekolah saya itu masih memiliki kelompok siswa yang peduli terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal kebanyakan sekolah, penggunaan bahasa para siswanya cenderung lebih tidak terkontrol. Yang dominan adalah ragam bahasa pasar atau bahasa gaul. Yang banyak terdengar adalah pilihan kata seperti elu-gua.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu, prasangka baik saya waktu itu bukannya mereka tidak memahami akan perlunya ketertiban berbahasa di lingkungan sekolah. Saya berkeyakinan bahwa doktrin tentang “berbahasa Indonesialah dengan baik dan benar” telah mereka peroleh jauh-jauh sebelumnya, sejak SMP atau bahkan sejak mereka SD. Saya melihat ketidakberesan mereka berbahasa, antara lain, disebabkan oleh kekurangwibawaan bahasa Indonesia itu sendiri di mata mereka.

Ragam bahasa Indonesia ragam baku mereka anggap kurang “asyik” dibandingkan dengan bahasa gaul, lebih-lebih dengan bahasa asing, baik itu dalam pergaulan ataupun ketika mereka sudah masuk dunia kerja. Tuntutan kehidupan modern telah membelokkan apresiasi para siswa itu terhadap bahasanya sendiri. Bahasa asing berkesan lebih bergengsi. Pelajaran bahasa Indonesia tak jarang ditanggapi dengan sikap sinis. Mereka merasa lebih asyik dengan mengikuti pelajaran bahasa Inggris atau mata kuliah lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat umum pun, kinerja bahasa Indonesia memang menunjukkan kondisi yang semakin tidak menggembirakan. Setelah Badan Bahasa tidak lagi menunjukkan peran aktifnya, bahasa Indonesia menunjukkan perkembangan ironis. Bahasa Indonesia digunakan seenaknya sendiri; tidak hanya

oleh kalangan terpelajar, tetapi juga oleh para pejabat dan wakil rakyat.

Seorang pejabat negara berkata dalam sebuah wawancara televisi, “Content undang-undang tersebut nggak begitu, kok. Ada dua item yang harus kita perhatikan di dalamnya.” Pejabat tersebut tampaknya merasa dirinya lebih hebat dengan menggunakan kata content daripada kata isi atau kata item daripada kata bagian atau hal.

Penggunaan bahasa yang acak-acakan juga banyak dipelopori oleh kalangan pebisnis. Badan usaha, pemilik toko, dan pemasang iklan kian pandai menggunakan bahasa asing. Seorang pengusaha salon lebih merasa bergaya dengan nama usahanya yang berlabel Susi Salon daripada Salon Susi atau pengusaha kue lebih percaya diri dengan tokonya yang bernama Lutfita Cake daripada Toko Kue Lutfita. Akan terasa aneh terdengarnya apabila kemudian PT Jasa Marga ikut-ikutan menamai jalan-jalan di Bandung dan di kota kota lainnya, misalnya, menjadi Sudirman Jalan, Kartini Jalan, Soekarno-Hatta Jalan.

Hadirin yang berbahagia, kalangan terpelajar dengan julukan hebatnya sebagai “tulang punggung negara, harapan masa depan bangsa” seharusnya tidak larut dengan kebiasaan seperti itu. Para siswa justru harus menunjukkan kelas tersendiri dalam hal berbahasa.

Intensitas para siswa dalam memahami literatur-literatur ilmiah sesungguhnya merupakan sarana efektif dalam mengakrabi ragam bahasa baku. Dari literatur-literatur tersebut mereka dapat mencontoh tentang cara berpikir, berasa, dan berkomunikasi dengan bahasa yang lebih logis dan tertata.

Namun, lain lagi ceritanya kalau yang dikonsumsi itu berupa majalah hiburan yang penuh gosip. Forum gaulnya berupa komunitas dugem; literatur utamanya koran-koran kuning, jadinya ya…, gitu deh…. Ragam bahasa elu-gue, oh-yes… oh-no.... yang bisa jadi akan lebih banyak mewarnai.

 

(Sumber: E. Kosasih)

 

 

Kegiatan 2

Menemukan Kalimat Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah

 

Perhatikan cuplikan teks berikut.

Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini tampak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung Rambutan.

 

Cuplikan tersebut dibentuk oleh kalimat yang panjang-panjang. Hal itu karena kalimat-kalimatnya dibentuk oleh gabungan dua buah kalimat atau lebih. Hasil penggabungan itu kemudian membentuk kalimat baru. Salah satunya berupa kalimat majemuk bertingkat.

Adapun yang dimaksud dengan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa dan hubungan antara klausa tidak sederajat. Salah satu unsur klausa ada yang menduduki induk kalimat, sedangkan unsur yang lain sebagai anak kalimat.

Kalimat majemuk bertingkat terbagi ke dalam beberapa jenis, antara

lain sebagai berikut.

2.     Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.

Contoh:

a.   Ia terlalu bekerja keras sehingga jatuh sakit.

b.   Penjelasan diberikan seminggu sekali sehingga anak-anak dapat mengerjakan tugas-tugas mereka dengan teratur.

3.     Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan.

Contoh:

a.   Kejelasan PSMS Medan berhasil mempertahankan kemenangannya dengan memperkokoh pertahanan mereka.

b.   Dengan cara menggendongnya, anak itu ia bawa ke rumah orang tuanya.

c.   Pemburu itu menunggu di atas bukit dengan jari telunjuknya melekat pada pelatuk senjatanya.

2.     Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah,

2.seakan-akan.

Contoh:

a.   Keadaan di dalam kota kelihatan tenang, seolah-olah tidak ada suatu apa pun yang terjadi.

b.   Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.

c.   Ia pun menghapus wajahnya seakan mau melenyapkan pikirannya yang risau itu.

3.     Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.

Contoh:

a.   Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.

b.   Para tamu sudah siap, sedangkan kita belum siap.

4.     Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.

Contoh:

a.   Tempat ini licin, makanya Anda jatuh.

b.   Yang datang berwajah seram, makanya saya lari ketakutan.

5.     Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.

Contoh:

a.   Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang pelajar teladan.

b.   Kebun ini telah dibersihkan ayah, yaitu dengan memangkas dan menebang belukar yang tumbuh di sekitarnya.

c.   Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut.

6.     Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.

Contoh:

a.   Pamannya yang tinggal di Bogor itu, sedang dirawat di rumah sakit.

b.   Istrinya yang datang bersama dia itu, seorang insinyur.

c.   Laki-laki yang berbaju putih itu adalah kakekku dari Ibu.

d.   Kelompok pertama adalah mereka yang kurang memiliki keperdulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar.

e.   Hal ini tampak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung Rambutan.

 

Tugas 1

1.     Lengkapilah kalimat-kalimat majemuk di bawah ini dengan kata penghubung yang tepat!

a.   Kak Agus memberi minuman pada seorang kakek … sedang duduk di bawah pohon rambutan itu.

b.   Mereka memperkirakan … hari ini akan hujan dengan sangat lebat.

c.   Dia mengatakan tidak punya uang… saya tahu bahwa dia itu baru gajian.

d.   Minggu depan ibu ingin berwisata ke Jakarta, … kami ingin ke Yogyakarta.

e.   Bu Marini akan memberi tahu suaminya … meneleponnya nanti malam.

2.     Temukanlah contoh-contoh kalimat majemuk dalam salah satu teks ceramah di atas. Jelaskan pula jenis dari kalimat-kalimat majemuk tersebut.

 

Topik Ceramah

Kalimat Majemuk Bertingkat

Jenis Kalimat

 

 

 

 

 Download Materi disini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar