MENGELOLA
INFORMASI DALAM CERAMAH
Setelah
mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1.
memahami informasi dan permasalahan yang
didengar atau yang dibaca;
2.
menemukan informasi dan permasalahan aktual
dalam teks ceramah.
Ceramah apa saja yang telah kamu
dengarkan pada hari ini? Memang kehidupan kita tidak bisa lepas dari
mendengarkan atau “tiada hari tanpa menyimak”. Tidak salah juga apabila setiap
hari kita banyak menyimak ceramah. Dari situlah kita memperoleh banyak
pengetahuan dan wawasan. Di sekolah dan di lingkungan masyarakat, perbanyaklah
menyimak ceramah karena bermanfaat dan sangat sayang jika dilewatkan!
Teruslah menyimak ceramah walaupun banyak
godaan dalam suasana menyimak ceramah tersebut. Sesekali, kamu pun dapat
bergiliran menjadi penceramah.
Untuk membekali kemampuanmu, pada bahasan ini kamu akan
belajar:
1.
mengidentifikasi informasi berupa permasalahan
aktual dalam ceramah;
2.
menyusun bagian-bagian penting dari
permasalahan aktual;
3.
menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan
dalam ceramah; dan
4.
mengonstruksi ceramah tentang permasalahan
aktual dengan memperhatikan unsur kebahasaan dan struktur yang tepat.
Untuk membantu kamu dalam mempelajari
dan mengembangkan kompetensi dalam berbahasa, pelajari peta konsep di bawah ini
dengan saksama!
|
|
Mengidentifikasi informasi berupa
yang disajikan dalam ceramah. |
|
Memahami
informasi dan
permasalahan yang didengar
atau yang dibaca. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Menemukan
informasi dan
permasalahan aktual dalam
teks ceramah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Menyusun bagian bagian penting dari permasalahan aktual. |
|
Menelaah
bagian-bagian penting
dalam teks ceramah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Menemukan
kalimat majemuk
bertingkat dalam
teks ceramah. |
|
Mahir
|
|
|
|
|
|
|
Menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan dalam ceramah. |
|
Mengidentifikasi
struktur teks
dalam ceramah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengidentifikasi
kaidah kebahasaan
dalam teks ceramah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengonstruksi ceramah tentang permasalahan aktual dengan memperhatikan kebahasaan dan struktur yang tepat. |
|
Menentukan
aspek-aspek yang
disunting dalam teks ceramah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Menyampaikan
hasil suntingan
teks ceramah dengan
memperhatikan penguasaan
materi, vokal, gestur,
ekspresi, dan intonasi. |
A.
MENGIDENTIFIKASI
INFORMASI BERUPA PERMASALAHAN AKTUAL YANG DISAJIKAN DALAM CERAMAH
Kegiatan 1
Memahami Informasi dan Permasalahan yang
Didengar atau yang Dibaca
Perhatikan teks di bawah ini.
Bapak-bapak dan
Ibu-ibu yang berbahagia, Pemilihan kata-kata
oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya
dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak
pada ungkapan-ungkapan pada banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan
perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapat-rapat umum.
Kata-kata mereka kasar atau bertendensi menyerang. Tentu saja, hal itu sangat
menggores hati yang menerimanya. Gejala yang sama
terlihat pula pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika
melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan-tanggapan mereka
terdengar pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif.
Padahal sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru, pemakaian bahasa
dibingkai secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya
(epimistis). Kita pun tentu
gelisah sebagai orang tua. Kita sering menyaksikan kebiasaan berbahasa
anak-anak dan para remaja yang kasar dengan dibumbui sebutan-sebutan
antarsesama yang sangat miris untuk didengar. Fenomena tersebut
menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang
berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya
penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu
tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat.
Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam
masyarakat itu. Penyebab utamanya
adalah perkembangan masyarakat yang sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai
kesantunan dan tata krama dalam suatu masyarakat. Misalnya, kesantunan (tata
krama) yang berlaku pada zaman kerajaan yang berbeda dengan yang berlangsung
pada masa kemerdekaan dan pada masa kini. Kesantunan juga berkaitan dengan tempat:
nilai-nilai kesantunan di kantor berbeda dengan di pasar, di terminal, dan di
rumah. Pergaulan global dan
pertukaran informasi juga membawa pengaruh pada pergeseran budaya, khususnya
berkaitan dengan nilai-nilai kesantunan itu. Fenomena demikian menyebabkan
para remaja dan anggota masyarakat lainnya gamang dalam berbahasa. Pada
akhirnya mereka memiliki kaidah berbahasa yang mereka anggap bergengsi, tanpa
mengindahkan kaidah bahasa yang sesungguhnya. Sejalan dengan
perubahan waktu dan tantangan global, banyak hambatan dalam upaya
pembelajaran tata krama berbahasa. Misalnya, tayangan televisi yang bertolak
belakang dengan prinsip tata kehidupan dan tata krama orang Timur. Sementara itu, sekolah
juga kurang memperhatikan kesantunan berbahasa dan lebih mengutamakan
kualitas otak siswa dalam penguasaan iptek. Selain itu,
kesantunan berbahasa sering pula diabaikan dalam lingkungan keluarga.
Padahal, belajar bahasa sebaiknya dilaksanakan setiap hari agar anak dapat
menghayati betul bahasa yang digunakannya. Anak belajar tata santun berbahasa
mulai di lingkungan keluarga. Nilai-nilai
kesantunan berbahasa dalam beragama juga merupakan salah satu kewajiban
manusia yang bentuknya berupa perkataan yang lembut dan tidak menyakiti orang
lain. Kesantunan dipadankan dengan konsep qaulan karima yang berarti ucapan yang
lemah lembut, penuh dengan pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan
penghormatan kepada orang lain. Berbahasa santun juga sama maknanya dengan
qaulan ma’rufa yang berarti berkata-kata yang sesuai dengan nilai-nilai yang
diterima dalam masyarakat penutur. Oleh karena itu,
pendidikan etika berbahasa memiliki peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan
kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syariat dalam
beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan
lingkungan sekitar. Penanaman kesantunan berbahasa juga sangat berpengaruh positif
terhadap kematangan emosi seseorang. Semakin intens kesantunan berbahasa itu
dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan semakin baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan,
kesenangan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan
ketidaksantunan itu. Berbahasa santun
seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak
kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan,
tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian
menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan
agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat
manapun. (Sumber: Kosasih, 2010) |
Teks seperti itulah yang sering kali
disebut sebagai ceramah. Mungkin ada pula yang mengatakannya sebagai teks
pidato. Teks seperti itu dapat kita peroleh dalam berbagai kesempatan. Di
sekolah mungkin saja hampir setiap hari kita mendapatkannya, baik dari guru,
kepala sekolah, pembina OSIS, dan pihak-pihak lainnya. Di lingkungan masyarakat
pun sering kali kita mendapatkan ceramah. Dari teks semacam itu, kita dapat
memperoleh tambahan pengetahuan, informasi, dan wawasan.
Dengan memperhatikan contoh tersebut,
dapatlah kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ceramah adalah pembicaraan
di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan
sebagainya. Yang menyampaikan adalah orang-orang yang menguasai di bidangnya dan
yang mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang. Medianya bisa langsung
ataupun melalui sarana komunikasi, seperti televisi, radio, dan media lainnya.
Selain itu, ada pula yang disebut dengan
pidato dan khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di
antara keduanya.
1.
Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang
cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada
khalayak untuk berbuat sesuatu.
2.
Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang
berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan
untuk memperkuat keimanan.
Tugas
1.
Jawablah dengan benar dan jelas!
a.
Apa manfaat jika kamu mendengarkan ceramah?
b.
Apa manfaat jika kamu menyajikan ceramah?
c.
Kapan dan di mana saja kesempatan mendengarkan
ceramah itu dapat kita ikuti?
d.
Bagaimana persamaan dan perbedaan antara
ceramah dengan pidato serta khotbah?
e.
Informasi/pengetahuan apa saja yang dapat kamu
peroleh dari teks ceramah di atas? Jelaskan!
2.
Kerjakan latihan berikut sesuai dengan
instruksinya!
a.
Bacalah teks di bawah ini.
b.
Identifikasikan, apakah termasuk ke dalam jenis
ceramah, pidato, atau khotbah? Jelaskanlah alasan-alasannya!
c.
Catatlah hal-hal yang kamu anggap penting/bermanfaat
dari isi teks tersebut!
3.
Catat hasil identifikasimu itu dalam format
seperti berikut.
Topik : ....
Jenis Teks |
Alasan |
Informasi-Informasi
Penting |
|
|
|
Perhatikan teks di bawah ini.
Bapak-bapak dan
Ibu-ibu yang saya hormati, Sebentar lagi kita
akan sampai pada hari yang sangat bersejarah, yaitu tanggal 10 November atau
yang disebut dengan Hari Pahlawan. Pada hari itu kita seluruh bangsa
Indonesia akan mengenang kembali peristiwa besar sebagai momentum sejarah
yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran hebat
telah terjadi pada saat itu antara para patriot bangsa yang gagah berani
melawan tentara Sekutu. Betapapun lengkap senjata tentara Sekutu, tetapi
tidak sedikitpun bangsa Indonesia merasa takut dan kecil hati. Padahal pada
waktu itu senjata yang kita miliki sebagian besar hanyalah bambu runcing.
Sementara itu, pihak musuh telah menggunakan senjata-senjata berat dan
modern. Akan tetapi, dengan bekal semangat yang menggelora serta keyakinan
yang kuat, tak setapakpun mereka mundur bahkan terus maju menantang maut. Hadirin yang
berbahagia, Kita yakin bahwa para
pejuang yang gugur di medan pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1945 melawan tentara sekutu
yang angkuh dan angkara murka itu mati syahid. Oleh sebab itu, sudah
sewajarnyalah jika kita bangsa Indonesia menghormati jasa mereka dengan
memanjatkan doa kepada Allah agar arwah mereka diterima-Nya dengan
kemuliaan yang setinggi-tingginya. Semoga mereka diampuni segala
dosanya dan dilimpahi rahmat yang sebanyak-banyaknya. Di samping itu perlu
kita ketahui bahwa menghormati jasa para pahlawan bukan saja kita harus mendoakan
mereka, tetapi yang lebih penting lagi ialah meneladani mereka dengan penuh
semangat serta meneruskan perjuangan mereka dengan tekad yang bulat.
Barangkali akan menyesallah mereka jika para generasi muda tidak berani
menegakkan kebenaran dan keadilan serta tidak berani menyirnakan kemungkaran. Saudara-saudaraku
yang berbahagia, Bukanlah bangsa yang
besar, jika kita tidak bisa menghormati para pahlawan yang telah gugur
mendahului kita. Keberanian dan tekad mereka, kita jadikan cermin pemandu
yang dapat membimbing kita menuju kepada keutamaan amal dan menyemangati kita
untuk berjuang dalam usaha membangun negara dan bangsa yang aman, tenteram,
dan sentosa. Akhirnya, marilah
kita panjatkan doa semoga arwah para pahlawan kita diterima di sisi Allah
dengan kemuliaan yang setinggi-tingginya. Kemudian, semoga kita dan anak cucu
kita bisa mengambil suri teladan untuk diamalkan dalam membangun negara yang
aman, sentosa, adil, dan makmur. (Sumber: Ahmad Sunarto, dengan beberapa penyesuaian) |
Topik
: ....
Jenis Teks |
Alasan |
Informasi-Informasi
Penting |
|
|
|
Kegiatan 2
Menemukan
Informasi dan Permasalahan Aktual dalam Teks Ceramah
Dalam pembelajaran sebelumnya, kamu
sudah mengenal jenis pembicaraan yang disebut dengan ceramah. Sekarang, kita
akan mengenali jenis informasi ataupun pemasalahan yang mungkin kita dapatkan
dari suatu ceramah.
Informasi disebut pula penerangan
informasi bersifat publisitas; ditujukan untuk umum (publik). Informasi dalam
media massa umumnya bersifat aktual. Demikian pula yang disampaikan melalui
ceramah ceramah yang biasanya berkaitan dengan isu-isu terhangat.
Jenis-jenis informasi dapat dikategorikan sebagai berikut.
1.
Informasi berdasarkan fungsi yaitu informasi
yang bergantung pada materi dan juga kegunaan informasi. Yang termasuk
informasi jenis ini adalah informasi yang menambah pengetahuan, informasi yang mengajari
pembaca (informasi edukatif), dan informasi yang hanya menyenangkan pembaca
yang bersifat fiksional (khayalan). Informasi yang menambah pengetahuan,
misalnya, tulisan tentang pergantian kurikulum. Informasi edukatif, misalnya,
tulisan tentang teknik belajar yang jitu. Selanjutnya, informasi yang
menyenangkan, misalnya, cerita pendek, karikatur, dan komik.
2.
Informasi berdasarkan format penyajian yaitu
informasi berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Di media massa dikenal
berbagai bentuk penyajian yaitu dalam bentuk tulisan, foto, kartun, ataupun karikatur.
Dalam bentuk tulisan dikenal bentuk berita, artikel, karangan khas (feature),
resensi, kolom, dan karya fiksi.
3.
Informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu
informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung. Dengan demikian,
informasi dibagi menjadi informasi daerah, nasional, dan mancanegara.
4.
Informasi berdasarkan bidang kehidupan yaitu
informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada. Bidang-bidang yang
biasanya dibedakan itu, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan
iptek.
5.
Informasi berdasarkan bidang kepentingan yaitu
dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut.
a.
Informasi yang menyangkut keselamatan atau
kelangsungan hidup pembaca.
b.
Informasi yang menyangkut perubahan dan
berpengaruh pada kehidupan pembaca.
c.
Informasi tentang cara atau kiat baru dan
praktis bagi pembaca untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
d.
Informasi tentang peluang bagi pembaca untuk
memperoleh sesuatu.
Tugas
1.
Manakah informasi yang berkaitan dengan masalah
bahasa?
Kembangkanlah jawabanmu pada buku
kerjamu!
No |
Contoh
Informasi |
Ya |
Bukan |
Alasan |
a. |
Kesantunan
itu penting untuk diperhatikan
dalam berbagai kesempatan. |
|
|
|
b. |
Setiap
budaya memiliki pola berinteraksi
yang cenderung berbeda-beda. |
|
|
|
c. |
Dalam
ekspresi seseorang itu terdapat
banyak pesan yang harus
kita perhatikan. |
|
|
|
d. |
Terjadi
salah pengertian antara mereka sehingga sering terjadi pertengkaran. |
|
|
|
e. |
Seminar
itu akan dipublikasikan hasilnya di media massa nasional. |
|
|
|
2.
Berdasarkan fungsinya, termasuk jenis manakah
informasi di bawah ini: edukatif (E), persuatif (P), atau rekreatif (R).
No |
Contoh
Informasi |
Jenis |
||
E |
P |
R |
||
a. |
Banyak
cara yang dapat kita lakukan di dalam
rangka meningkatkan keterampilan berkomunikasi. |
|
|
|
b. |
Kebahagiaan
itu datangnya bukan dari orang
lain, tetapi dari diri sendiri. |
|
|
|
c. |
Perjalanan
ke kota itu sungguh mengesankan
manakala diiringi rintik rintik hujan
yang menggoda. |
|
|
|
d. |
Sudah
hampir sepuluh tahun peristiwa itu
berlalu, tetapi pesan-pesannya tetap teringat
sampai sekarang. |
|
|
|
e. |
Hendaknya
kita tidak melupakan kebaikan-kebaikannya
meskipun sesekali ia
pernah mengecewakan kita; itu memang
sudah biasa dan wajar. |
|
|
|
B.
MENYUSUN
BAGIAN-BAGIAN PENTING DARI PERMASALAHAN AKTUAL
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1.
menelaah bagian-bagian penting dalam teks
ceramah;
2.
menemukan kalimat majemuk bertingkat dalam teks
ceramah.
Kegiatan 1
Menelaah
Bagian-Bagian Penting dalam Teks Ceramah
Perhatikan
cuplikan bacaan berikut.
Tentang
Jepang Pernahkah kamu pergi
ke Jepang? Jepang termasuk negara kecil di Asia yang sudah maju. Banyak
hal yang perlu diketahui tentang Jepang. Masyarakat negara ini mampu
mempertahankan tradisi yang berkembang di masyarakatnya. Anak-anak
Jepang membersihkan sekolah mereka setiap
hari, selama seperempat jam dengan para guru. Itulah yang menyebabkan
munculnya generasi Jepang yang sederhana dan suka pada kebersihan. Para siswa
belajar menjaga kebersihan karena dalam mengatasi kebersihan merupakan bagian
dari etika Jepang. Siswa Jepang, dari tahun pertama hingga tahun keenam
sekolah dasar harus belajar etika dalam berurusan dengan orang orang. Pekerja kebersihan di
Jepang dimaksudkan untuk menciptakan kesehatan. Oleh karena itu, mereka
sering disebut “insinyur kesehatan” dan mendapatkan gaji setara dengan Rp50
Juta per bulan. Untuk merekrut mereka dilakukan melalui tes tertulis dan
wawancara. Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti Indonesia.
Mereka sering terkena gempa bumi, tetapi itu tidak mencegah Jepang menjadi
negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Rakyat Jepang
mengatasi kekurangan sumber daya alam dengan mengoptimalkan sumber daya
lainnya. Jika kamu pergi ke
sebuah restoran prasmanan di Jepang maka kamu akan melihat orang-orang yang hanya
makan sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan begitu, tidak ada sisa-sisa
makanan. Selain itu, dari restoran tidak ada limbah apa pun. Masyarakat Jepang
sangat menghargai waktu. Mereka selalu menepati waktu. Bahkan, tingkat
keterlambatan kereta di Jepang hanya sekitar 7 detik per tahun. Budaya mereka
dalam menghargai nilai waktu sangat dijaga sehingga mereka sangat tepat waktu,
dengan perhitungan menit dan detik. Jepang sangat
menghargai pendidikan. Masyarakatnya mendukung visi pendidikan di Jepang.
Jika kamu bertanya kepada mereka, “Apakah arti pelajar itu?” Maka mereka akan
menjawab bahwa, “Pelajar adalah masa depan Jepang”. (Sumber: http://www.harianpost.net dengan pengubahan) |
Bagian-bagian yang bercetak tebal
merupakan hal penting dalam seluruh rangkaian cuplikan ceramah tersebut.
Bagian-bagian tersebut merupakan bagian pokok atau dasar dari suatu ceramah.
Adapun bagian-bagian berperan sebagai penjelas saja.
Paragraf |
Bagian
Penting |
1 |
Jepang termasuk negara kecil di Asia yang sudah maju. |
2 |
Anak-anak Jepang membersihkan sekolah mereka setiap hari. |
3 |
........................................................................................................... |
4 |
........................................................................................................... |
(Kamu dapat
menggunakan buku kerja untuk menyelesaikan analisis teks
di atas.)
Penting atau tidaknya suatu uraian dapat
pula berdasarkan kebermanfaatannya. Apabila bagian itu dianggap bermanfaat atau
sangat perlu diketahui, maka bagian itulah yang penting. Sementara itu, pernyataan
lain yang kurang bermanfaat atau sudah diketahui maksudnya, maka bagian itu
bukanlah hal penting. Dengan demikian, penting tidaknya suatu uraian bisa
berbeda antara pendengar yang satu dengan pendengar yang lainnya. Meskipun
demikian, berdasarkan paparan yang tersaji dalam teks ceramah itu, suatu
informasi dianggap penting apabila informasi itu bersifat umum yang merangkum
atau menjadi dasar uraian-uraian lainnya.
Tugas
1.
Kerjakanlah latihan berikut sesuai dengan
instruksinya!
a.
Bacalah teks di bawah ini dengan baik.
b.
Tandailah bagian-bagian penting dari teks tersebut.
c.
Buatlah simpulan tentang isi teks itu secara
keseluruhan!
No. |
Bagian-Bagian
Penting |
... |
.... |
|
|
|
|
Simpulan ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... |
Saudara-saudara yang
baik hati, suatu ketika saya melihat beberapa orang siswa asyik berjalan di
depan sebuah kelas dengan langkahnya yang cukup membuat orang di sekitarnya
merasa bising. Terdengar percakapan di antara mereka yang kira-kira begini, “Punya
gua kemarin hilang.” Terdengar pula
sahutan salah seorang mereka, “Lho,
kalau punya gua, sama elu kemanain?” Tak menyangka, salah
seorang siswa di samping saya juga memperhatikan percakapan mereka. Ia
kemudian nyeletuk, “Gua apa: Gua Selarong atau Gua Jepang?” Beberapa siswa yang
mendengarnya tertawa kecil. Di antara mereka ada yang berbisik, “Serasa di
Terminal Kampung Rambutan, ye…?” Peristiwa tersebut
menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang
berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang
memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini
tampak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa
kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung Rambutan. Bahasanya orang-orang
Betawi. Dari
komentar-komentarnya, kelompok siswa kedua memiliki sikap kritis terhadap
kaidah penggunaan bahasa temannya. Mereka mengetahui makna gua yang benar
dalam bahasa Indonesia adalah ‘lubang besar pada kaki gunung’. Dengan makna
tersebut, kata gua seharusnya
ditujukan untuk penyebutan nama tempat, seperti Gua Selarong, Gua Jepang, Gua Pamijahan, dan seterusnya; dan
bukannya pengganti orang (persona). Sangat beruntung,
sekolah saya itu masih memiliki kelompok siswa yang peduli terhadap penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal kebanyakan sekolah, penggunaan
bahasa para siswanya cenderung lebih tidak terkontrol. Yang dominan adalah ragam
bahasa pasar atau bahasa gaul. Yang banyak terdengar adalah pilihan kata
seperti elu-gua. Bapak-bapak dan
Ibu-ibu, prasangka baik saya waktu itu bukannya mereka tidak memahami akan
perlunya ketertiban berbahasa di lingkungan sekolah. Saya berkeyakinan bahwa
doktrin tentang “berbahasa Indonesialah dengan baik dan benar” telah mereka
peroleh jauh-jauh sebelumnya, sejak SMP atau bahkan sejak mereka SD. Saya
melihat ketidakberesan mereka berbahasa, antara lain, disebabkan oleh kekurangwibawaan
bahasa Indonesia itu sendiri di mata mereka. Ragam bahasa
Indonesia ragam baku mereka anggap kurang “asyik” dibandingkan dengan bahasa gaul,
lebih-lebih dengan bahasa asing, baik itu dalam pergaulan ataupun ketika
mereka sudah masuk dunia kerja. Tuntutan kehidupan modern telah membelokkan apresiasi
para siswa itu terhadap bahasanya sendiri. Bahasa asing berkesan lebih
bergengsi. Pelajaran bahasa Indonesia tak jarang ditanggapi dengan sikap
sinis. Mereka merasa lebih asyik dengan mengikuti pelajaran bahasa Inggris
atau mata kuliah lainnya. Dalam kehidupan masyarakat
umum pun, kinerja bahasa Indonesia memang menunjukkan kondisi yang semakin
tidak menggembirakan. Setelah Badan Bahasa tidak lagi menunjukkan peran
aktifnya, bahasa Indonesia menunjukkan perkembangan ironis. Bahasa Indonesia
digunakan seenaknya sendiri; tidak hanya oleh kalangan terpelajar, tetapi juga oleh para pejabat
dan wakil rakyat. Seorang pejabat
negara berkata dalam sebuah wawancara televisi, “Content undang-undang tersebut nggak begitu, kok. Ada dua item
yang harus kita perhatikan di dalamnya.” Pejabat tersebut tampaknya merasa
dirinya lebih hebat dengan menggunakan kata content daripada kata isi atau kata item daripada kata bagian
atau hal. Penggunaan bahasa
yang acak-acakan juga banyak dipelopori oleh kalangan pebisnis. Badan usaha,
pemilik toko, dan pemasang iklan kian pandai menggunakan bahasa asing.
Seorang pengusaha salon lebih merasa bergaya dengan nama usahanya yang
berlabel Susi Salon daripada Salon Susi atau pengusaha kue lebih
percaya diri dengan tokonya yang bernama Lutfita
Cake daripada Toko Kue Lutfita.
Akan terasa aneh terdengarnya apabila kemudian PT Jasa Marga ikut-ikutan
menamai jalan-jalan di Bandung dan di kota kota lainnya, misalnya, menjadi Sudirman Jalan, Kartini Jalan,
Soekarno-Hatta Jalan. Hadirin yang
berbahagia, kalangan terpelajar dengan julukan hebatnya sebagai “tulang punggung
negara, harapan masa depan bangsa” seharusnya tidak larut dengan kebiasaan
seperti itu. Para siswa justru harus menunjukkan kelas tersendiri dalam hal berbahasa. Intensitas para siswa
dalam memahami literatur-literatur ilmiah sesungguhnya merupakan sarana
efektif dalam mengakrabi ragam bahasa baku. Dari literatur-literatur tersebut
mereka dapat mencontoh tentang cara berpikir, berasa, dan berkomunikasi dengan
bahasa yang lebih logis dan tertata. Namun, lain lagi
ceritanya kalau yang dikonsumsi itu berupa majalah hiburan yang penuh gosip.
Forum gaulnya berupa komunitas dugem; literatur utamanya koran-koran kuning,
jadinya ya…, gitu deh…. Ragam
bahasa elu-gue, oh-yes… oh-no....
yang bisa jadi akan lebih banyak mewarnai. (Sumber: E. Kosasih) |
Kegiatan 2
Menemukan
Kalimat Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah
Perhatikan cuplikan teks berikut.
Peristiwa tersebut
menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang
berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang
memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini tampak
pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok
kedua sebagai ragam bahasa Kampung Rambutan. |
Cuplikan tersebut dibentuk oleh kalimat
yang panjang-panjang. Hal itu karena kalimat-kalimatnya dibentuk oleh gabungan
dua buah kalimat atau lebih. Hasil penggabungan itu kemudian membentuk kalimat
baru. Salah satunya berupa kalimat majemuk bertingkat.
Adapun yang dimaksud dengan kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa dan
hubungan antara klausa tidak sederajat. Salah satu unsur klausa ada yang
menduduki induk kalimat, sedangkan unsur yang lain sebagai anak kalimat.
Kalimat majemuk bertingkat terbagi ke
dalam beberapa jenis, antara
lain sebagai berikut.
2.
Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh
kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh:
a.
Ia terlalu bekerja keras sehingga jatuh sakit.
b.
Penjelasan diberikan seminggu sekali sehingga
anak-anak dapat mengerjakan tugas-tugas mereka dengan teratur.
3.
Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh
kata penghubung dengan.
Contoh:
a.
Kejelasan PSMS Medan berhasil mempertahankan
kemenangannya dengan memperkokoh pertahanan mereka.
b.
Dengan cara menggendongnya, anak itu ia bawa ke
rumah orang tuanya.
c.
Pemburu itu menunggu di atas bukit dengan jari
telunjuknya melekat pada pelatuk senjatanya.
2.
Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai
oleh konjungsi seolah-olah,
2.seakan-akan.
Contoh:
a.
Keadaan di dalam kota kelihatan tenang,
seolah-olah tidak ada suatu apa pun yang terjadi.
b.
Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui
persoalan yang terjadi.
c.
Ia pun menghapus wajahnya seakan mau
melenyapkan pikirannya yang risau itu.
3.
Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai
oleh konjungsi padahal, sedangkan.
Contoh:
a.
Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
b.
Para tamu sudah siap, sedangkan kita belum
siap.
4.
Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi
makanya.
Contoh:
a.
Tempat ini licin, makanya Anda jatuh.
b.
Yang datang berwajah seram, makanya saya lari
ketakutan.
5.
Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai
oleh kata penghubung bahwa, yaitu.
Contoh:
a.
Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa dia
adalah seorang pelajar teladan.
b.
Kebun ini telah dibersihkan ayah, yaitu dengan
memangkas dan menebang belukar yang tumbuh di sekitarnya.
c.
Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua
kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut.
6.
Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai
oleh konjungsi yang.
Contoh:
a.
Pamannya yang tinggal di Bogor itu, sedang
dirawat di rumah sakit.
b.
Istrinya yang datang bersama dia itu, seorang
insinyur.
c.
Laki-laki yang berbaju putih itu adalah kakekku
dari Ibu.
d.
Kelompok pertama adalah mereka yang kurang
memiliki keperdulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar.
e.
Hal ini tampak pada ragam bahasa yang mereka
gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung
Rambutan.
Tugas 1
1.
Lengkapilah kalimat-kalimat majemuk di bawah
ini dengan kata penghubung yang tepat!
a.
Kak Agus memberi minuman pada seorang kakek …
sedang duduk di bawah pohon rambutan itu.
b.
Mereka memperkirakan … hari ini akan hujan
dengan sangat lebat.
c.
Dia mengatakan tidak punya uang… saya tahu
bahwa dia itu baru gajian.
d.
Minggu depan ibu ingin berwisata ke Jakarta, …
kami ingin ke Yogyakarta.
e.
Bu Marini akan memberi tahu suaminya …
meneleponnya nanti malam.
2.
Temukanlah contoh-contoh kalimat majemuk dalam
salah satu teks ceramah di atas. Jelaskan pula jenis dari kalimat-kalimat
majemuk tersebut.
Topik Ceramah |
Kalimat
Majemuk Bertingkat |
Jenis Kalimat |
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar