Minggu, 08 November 2020

Buku Fiksi dan Non Fiksi Kelas XII

 Download Disini

Tahukah kamu, buku memiliki 2 jenis yakni buku fiksi dan buku nonfiksi. Pada buku-buku seperti novel dan kumpulan cerpen, penulis mampu menciptakan alur cerita yang sangat menarik, sampai-sampai kita terbawa pada alur yang diceritakan. Untuk menulisnya, memang dibutuhkan pengetahuan yang luas dan juga daya imajinasi yang bebas. Hal ini berbeda dengan esai, jurnal, ataupun biografi. Kira-kira apa ya yang membuatnya berbeda? Simak penjelasannya!
Download Disini


1. Buku Fiksi

Merupakan buku yang berisi cerita, sifatnya imajinatif. Tidak membutuhkan pengamatan dalam pembuatannya dan tidak tidak perlu dipertanggungjawabkan, karena ide ceritanya berasal dari khayalan atau imajinasi penulis. Bahasa yang digunakan biasanya bahasa kiasan atau konotatif. Jadi, pembaca diajak untuk masuk ke dalam cerita itu dengan bahasa yang tidak biasa.

2. Buku Non-fiksi

Merupakan buku yang berisi kejadian sebenarnya dan bersifat informatif. Dalam buku nonfiksi, membutuhan pengamatan dan data dalam pembuatannya, sehingga dapat dipertanggungjawabkan isinya. Bahasa yang digunakan biasanya bahasa denotatif atau bahasa sebenarnya, jadi pembaca dapat langsung memahami maksud dari isi buku. Buku nonfiksi dibuat berdasarkan pengamatan dan data maka isi dari buku tersebut harus memiliki fakta-fakta. Oleh karena itu, buku nonfiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca.
Download Disini



Sangat jelas kan perbedaannya? Meskipun cerita novel, cerpen, dan juga dongeng merupakan cerita fiksi, namun sang penulis seringkali mengadopsi peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta tertentu. Hanya saja, tokoh dan alur ceritanya dibuat lebih menarik agar pembaca bisa terbawa pada alur cerita yang dibuat oleh penulis.

 

Pengertian Buku Fiksi adalah buku yang dibuat atas dasar imajinasi atau fiksi.

Ciri buku fiksi adalah sebagai berikut

1.       Memiliki amanat yang tersirat dalam cerita

2.       Memiliki alur/plot yaitu jalinan peristiwa yang berhubungan sebab akibat sehingga tergambar urutan kejadian

3.       Adanya penokohan yaitu pencitraan dari tokoh yang diceritakan.

4.       Adanya latar (setting) yang menjelaskan mengenai ruang dan waktu serta suasana dalam cerita

5.       Adanya sudut pandang kepenulisan berupa posisi penulis dalam cerita.

6.       Penulis dapat menjadi narrator dan tokoh yang menjelaskan cerita.

Unsur buku fiksi mencakupi 2 hal yaitu sebagai berikut

1.       Unsur instriksi adalah unsur yang membangun karya sastra tersebut dari dalam

2.       Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra tetapi secara tidak langsung memengaruhi proses pembuatan karya sastra tersebut,

Contoh:

a.       Budaya

b.       Ekonomi

c.       Social

d.       Pendidikan

e.       Politik dll

 

Pengertian Buku nonfiksi adalah buku yang dibuat atas dasar fakta atau hal yang benarbenar terjadi dalam kehidupan sehari hari.

Ciri buku nonfiksi adalah sebagai berikut:

1.       Bahasa yang digunakan sangat baku

2.       Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta

3.       Ditulis berdasarkan pengamatan atau penelitian.

Setelah memahami ciri buku fiksi dan nonfiksi, kalian dapat menganalisis buku tersebut. Analisis dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis dalam analisis terdapat butiran yang perlu dipahami, butiran tersebut adalah identitas buku, manfaat buku, format buku, penyajian buku, Bahasa yang digunakan dan kelebihan buku.

 Download Disini

 

Buku Non Fiksi Kelas XI

 

A.    MENGIDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM CERITA PENDEK (NONFIKSI) YANG DIBACA

 

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.     memahami informasi tentang nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek;

2.     menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek.

 Download Materi Disini

 

Pernahkah kamu mendengar atau membaca cerita? Cerita yang didengar atau dibaca bisa beragam. Ada cerita tentang pengalaman orang lain ataupun dari diri sendiri. Pada bab ini, kita akan membahas tentang cerita pendek.

Tahukah kamu bahwa dalam cerita pendek terdapat nilai-nilai tentang

kehidupan?

Untuk membekali kemampuanmu, pada bab ini kamu akan belajar:

1.     mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek;

2.     mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita pendek;

3.     menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek; dan

4.     mengonstruksi sebuah cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun.

 

 

Kegiatan 1

Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

  Download Materi Disini

Bacalah cerita pendek di bawah ini dengan baik!

Robohnya Surau Kami

oleh A.A. Navis

 

Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka tak kurang

ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan, ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya. Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga.

“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.”

“Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang

senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.”

“Ini sungguh tidak adil.”

“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.

“Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”

“Benar. Benar. Benar,” sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.

“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.

“Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh.

“Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.

“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”

“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,” sebuah suara menyela.

“Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai. Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan Tuhan bertanya, “ Kalian mau apa?”

Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya.

“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.”

“Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.

“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”

“O, di negeri yang tanahnya subur itu?”

“Ya. Benarlah itu, Tuhanku.”

“Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?” “Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?”

“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”

“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?”

“Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”

“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah penjajah itu, Tuhanku.”

“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan?”

“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”

“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”

“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”

“Engkau rela tetap melarat, bukan?”

“Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.”

“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?”

“Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.”

“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?”

“Ada, Tuhanku.”

“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”

Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini salah atau benar.

Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.

“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh.

“Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya.. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.”

Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek. Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.

“Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget.

“Kakek.”

“Kakek?”

“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”

“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.

Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya

saja. Lalu aku tanya dia.

“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?”

“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab,” dan sekarang ke mana dia?”

“Kerja.”

“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.

“Ya. Dia pergi kerja.”***

 

Cerita yang telah kamu baca itu dinamakan cerita pendek. Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.

Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut.

1.     Pertanyaan literal

a.   Di mana dan kapan cerita itu terjadi?

b.   Siapa saja tokoh cerita itu?

2.     Pertanyaan interpretatif?

a.   Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A?

b.   Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B?

3.     Pertanyaan integratif

a.   Bercerita tentang apakah cerpen di atas?

b.   Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu?

4.     Pertanyaan kritis

a.   Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A?

b.   Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya?

5.     Pertanyaan kreatif

a.   Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu?

b.   Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang?

 

Tugas

1.     Setelah membaca cerita di atas, kamu sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang pengertian dan karakteristik cerita pendek. Sekarang, buktikanlah pemahamanmu itu dengan menunjukkan sekurang-kurangnya lima contoh cerita lainnya yang berkategori cerpen.

 

Sajikanlah hasilnya dalam rubrik berikut!

Judul Cerpen

Pengarang

Sumber

Inti Cerita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.     Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

a.   Di mana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi?

b.   Kata-kata “robohnya surau kami” itu maksudnya apa?

c.   Pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerpennya itu apa saja?

d.   Setujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang bertentangan dengan kayakinanmu sendiri?

e.   Bagaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan? Ceritakanlah!

 

  Download Materi Disini

Kegiatan 2

Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

 

Dengan mengajukan beragam pertanyaan tentang isi suatu teks, misalnya cerpen, kita akan sampai pada penemuan nilai dari teks itu. Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca.

 

Perhatikan penggalan cerpen berikut.

Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak

semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.

(Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali)

 

Penggalan cerpen tersebut mengungkapkan perlunya menjaga diri, yakni untuk tidak melebih-lebihkan persoalan sepele karena hal tersebut bisa berakibat fatal. Dalam unsur-unsur intrinsik karya sastra, pernyataan tersebut dinamakan dengan amanat. Pernyataan seperti itulah yang dianggap bernilai atau sesuatu yang berguna, sebagai “obor” atau petunjuk jalan bagi seseorang dalam berperilaku. Oleh karena itu, berkaitan dengan baik-buruknya perilaku dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan dengan nilai moral.

Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita. Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Wujudnya seperti yang dikemukakan di atas: ada yang berkenaan dengan masalah budaya, moral, agama, atau politik. Realitas pesan-pesan itu mungkin berupa pentingnya menghargai tetangga, perlunya kesetiaan pada kekasih, ketawakalan kepada Tuhan, dan sebagainya. Hanya kadang-kadang kita tidak mudah untuk merasakan kehadiran pesan-pesan itu. Karya-karya semacam itu perlu kita hayati benar-benar.

Untuk menemukan keberadaan suatu nilai dalam cerpen, kamu dapat mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, sebagai berikut.

1.     Mengapa tokoh A mengatakan hal itu berkali-kali?

2.     Mengapa latar cerita itu di sekolah dan pada sore hari?

3.     Mengapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu?

4.     Mengapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membawamu pada simpulan tentang nilai tertentu yang disajikan pengarang.

 

Tugas

1.     Lakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!

a.   Bacalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”!

b.   Tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen itu!

c.   Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari?

d.   Laporkanlah hasilnya dalam format berikut!

 

Laporan

 

Judul cerpen : ....

Pengarang : ....

Sinopsis : ....

....

Nilai-nilai

....

Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

....

 

2.     Amatilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu!

a.   Nilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya? Sajikanlah sebuah cerita yang menjelaskan aplikasi salah satu dari nilai-nilai itu!

b.   Adakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani? Jelaskanlah!


 Download Materi Disini

Minggu, 25 Oktober 2020

Ciri dan Kaidah kebahasaan Teks Editorial

 DOWNLOAD MATERI DISINI

Berkaitan dengan pernyataan berupa fakta dan opini teks editorial bersifat:

1.       Krusial yaitu ditulis secara berkala bergantung pada jenis terbitan, bisa harian, mingguan, bulanan.

2.       Situasional yaitu berisi menyikapi situasi yang berkembang dimasyarakat luas, baik aspek social, ekonomi, kebudayaan, hokum, pemerintahan, olahraga maupun hiburan bergantung pada jenis liputan medianya.

3.       Konsisten yaitu memiliki karakter atau konsisten yang teratur kepada para pembaca terkait sikap media massa yang ditulisnya.

4.       Politisi terkait erat dengan media atau kebijakan media yang bersangkutan.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

1.       Banyak menggunakan kalimat retoris. Kalimat retoris utama yang sering digunakan adalah kalimat pertanyaan yang tidak ditujukan untuk dijawab namun untuk merangsang pembaca agar merenungkan suatu masalah lebih dalam.

2.       Penggunaan kata-kata populer sehingga lebih mudah untuk dicerna oleh khalayak masyarakat seperti: menengarai, pencitraan, balada, terkaget-kaget, dsb. Penggunaan kata populer juga ditujukan agar pembaca tetap rileks meskipun tulisan dipenuhi tanggapan kritis.

3.       Banyak menggunakan kata ganti penunjuk yang merujuk tempat, peristiwa, waktu, seperti: ini, itu, ke sini, begitu.

4.       Adverbia: ditujukan agar pembaca meyakini teks yang dibahas, dengan menegaskan menggunakan kata keterangan (adverbia frekuentatif). Kata yang biasa digunakan yaitu: selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, sebagian besar waktu, jarang, dan lainnya.

5.       Konjungsi: kata penghubung pada teks, contoh nya: bahkan.

6.       Verba Material: verba yang menunjukkan perbuatan fisik/peristiwa.

7.       Verba Relasional:  verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B).

8.       Verba Mental: verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa), afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena

9.       Banyak menggunakan kata penghubung atau konjungsi kausalitas (sebab-akibat) seperti: sehingga, karena, sebab, oleh sebab itu (Kemdikbud, 2017, hlm. 100).

DOWNLOAD MATERI DISINI

Ciri Teks Editorial (Isi Teks Editorial)

Berdasarkan berbagai penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri teks editorial adalah sebagai berikut:

1.       Berisi fakta atau peristiwa yang aktual, sedang ramai diperbincangkan, hingga kontroversial.

2.       Berupa opini atau pendapat redaksi media massa terhadap peristiwa yang diberitakan

3.       Memiliki kritik, penilaian, apresiasi, prediksi, saran maupun harapan terhadap isu yang dibahas.

 DOWNLOAD MATERI DISINI

MENGANALISIS TEKS EDITORIAL/OPINI

  • Struktur teks

Struktur teks

Kalimat dalam teks

Pernyataan pendapat

1.      Di masa kini, pendidikan sangatlah penting dalam menjalani kehidupan. Tak dapat dipungkiri bahwa tanpa pendidikan masyarakat Indonesia akan tertinggal jauh oleh negara lain. Oleh karena itu, banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia tentang kemajuan pendidikan. Salah satu contoh pengupayaan nya adalah teknologi yang digunakan dalam suatu proses pendidikan, karena teknologi merupakan salah satu faktor untuk berkembangnya suatu negara.

Argumentasi

2.      Baru-baru ini tidak jarang orang yang membicarakan mengenai Ujian Nasional berbasis computer. Itulah salah satu upaya pengembangan teknologi di Indonesia.

3.      Computer Based Test atau yang sering disebut dengan istilah CBT ini memang sudah seharusnya diberlakukan pada sistem UN di Indonesia. Pada dasarnya, sistem ini tidak hanya untuk pengembangan teknologi saja, namun sistem ini juga lebih efisien dan lebih hemat dibanding dengan Paper Based Test yang harus mencetak soal ke dalam kertas. Padahal, peserta Ujian Nasional sangatlah banyak, dapat mencapai jutaan peserta. Tidak hanya itu, biaya pengiriman naskah soal pun tidak sedikit.

4.      Pemanfaatan teknologi seperti itu sebenarnya sangatlah meringankan. Manfaat yang diberikan nya pun tidaklah sedikit. Manfaat tersebut tidak hanya didapat oleh pemerintahan saja. Untuk siswa, mereka akan lebih terbantu, karena mereka sudah tidak focus menghitamkan jawaban. Selama ini, factor menjawab pada kertas LJK sangatlah memengaruhi pada nilai mereka. Mereka hanya tinggal mengeklik jawabannya. Jadi, waktu nya tidak terbuang sia-sia.

5.      Kendala dari program tersebut adalah beberapa masyarakat yang belum bisa menyetujui hal tersebut. Mereka menganggap bahwa CBT tersebut akan membebankan siswa, terutama pada siswa yang belum lancar dalam masalah teknologi. Padahal,dengan itu mereka akan termotivasi untuk lebih bisa dalam teknologi seperti computer, karena pada dasarnya saat ini banyak sekali test-test yang menggunakan sistem CBT. Mereka yang tidak setuju, masih belum bisa untuk diajak berjalan menuju suatu perubahan yang lebih baik. Kecenderungan seperti itu dapat memengaruhi daya pengembangan, kreasi dan kreativitas. Padahal, untuk menjadi suatu negara yang maju, berubah itu perlu, berubah untuk yang lebih baik.

Pernyataan ulang pendapat

6.      Suatu negara memerlukan suatu kondisi paling tidak sejajar dengan negara lain yang ada di dunia. Indonesia merupakan negara berkembang dan Indonesia sendiri perlu suatu kemajuan.

  • Kaidah Kebahasaan

Kata keterangan / adverbial frekuentatif

No

Kalimat

Adverbia Frekuentatif

1

Baru-baru ini tidak jarang orang yang membicarakan mengenai Ujian Nasional berbasis computer.

Jarang

2

Computer Based Test atau yang sering disebut dengan istilah CBT ini memang sudah seharusnya diberlakukan pada sistem UN di Indonesia.

Sering

  • Konjungsi

No

Kalimat

Konjungsi

Fungsi

1

Oleh karena itu, banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia tentang kemajuan pendidikan.

Oleh karena itu

Untuk menyatakan akibat

2

Salah satu contoh pengupayaan nya adalah teknologi yang digunakan dalam suatu proses pendidikan, karena teknologi merupakan salah satu faktor untuk berkembangnya suatu negara.

karena

Untuk menyatakan akibat

3

Pada dasarnya, sistem ini tidak hanya untuk pengembangan teknologi saja, namun sistem ini juga lebih efisien dan lebih hemat dibanding dengan Paper Based Test yang harus mencetak soal ke dalam kertas.

Namun

Untuk menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya

4

Padahal, peserta Ujian Nasional sangatlah banyak, dapat mencapai jutaan peserta.

Padahal

Memperkuat argumentasi

5

Manfaat tersebut tidak hanya didapat oleh pemerintahan saja. Untuk siswa, mereka akan lebih terbantu, karena mereka sudah tidak focus menghitamkan jawaban.

karena

Untuk menyatakan akibat

6

Selama ini, factor menjawab pada kertas LJK sangatlah memengaruhi pada nilai mereka.

Selama ini

Untuk menyatakan waktu

7

Jadi, waktu nya tidak terbuang sia-sia.

Jadi

Untuk menyatakan konsekuensi

8

Padahal, dengan itu mereka akan termotivasi untuk lebih bisa dalam teknologi seperti computer, karena pada dasarnya saat ini banyak sekali test-test yang menggunakan sistem CBT.

padahal

Memperkuat argumentasi

9

Padahal, untuk menjadi suatu negara yang maju, berubah itu perlu, berubah untuk yang lebih baik.

padahal

Memperkuat argumentasi

  • Pengelompokan Verba

No

Kalimat

Verba

Verba material/ relasional/ mental

1

Salah satu contoh pengupayaan nya adalah teknologi yang digunakan dalam suatu proses pendidikan, karena teknologi merupakan salah satu faktor untuk berkembangnya suatu negara.

merupakan

Verba relasional

2

Computer Based Test atau yang sering disebut dengan istilah CBT ini memang sudah seharusnya diberlakukan pada sistem UN di Indonesia.

disebut

Verba relasional

3

Selama ini, factor menjawab pada kertas LJK sangatlah memengaruhi pada nilai mereka.

menjawab

Verba material

4

Mereka menganggap bahwa CBT tersebut akan membebankan siswa, terutama pada siswa yang belum lancar dalam masalah teknologi.

menganggap

Verba mental

5

Padahal, untuk menjadi suatu negara yang maju, berubah itu perlu, berubah untuk yang lebih baik.

menjadi

Verba relasional

6

Indonesia merupakan negara berkembang dan Indonesia sendiri perlu suatu kemajuan.

Merupakan

Verba relasional

  • Kosakata

No

Kosakata

Arti kosakata

1

Efisien

tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya)

2

Kendala

keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran; kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan;

3

Kreasi

hasil daya cipta; hasil daya khayal

4

Kreativitas

kemampuan untuk mencipta; daya cipta

 DOWNLOAD MATERI DISINI